Minggu, 23 Maret 2014

Mata yang Tidak Pernah Berbohong

Apapun itu..
Mata tidak pernah berbohong..

Sore kemarin ketika Aliana mencoba menemui kekasihnya untuk sebuah senyuman, ia mendapati sang kekasih bahkan tak ingin melihatnya.
Aliana mencoba tetap tersenyum menyapa.
Di atas segala permasalahan yang menimpa hubungan mereka, satu hal yang Aliana tak pernah bisa hindari, rasa bahagia berlebihan yang secara natural menyeruak dari dalam hatinya, menghiasi tarikan sudut matanya hingga menjadi raut berbinar-binar di wajahnya, saat melihat kekasih yang dicintainya itu di hadapannya.
Namun perasaan itu mengerucut menjadi tanda tanya, saat sang kekasih dengan nada rendah tanpa intonasi bertanya, "Mau apa kamu disini?"
Dan bahkan sebelum Aliana sempat berkata-kata, sang kekasih telah pergi dari hadapannya, meninggalkan Aliana termangu saja, diselimuti langit sore yang berubah menjadi senja.
Dan sosok itu menjauh, menyatu bersama lalu lalang kendaraan di jalan raya..Terbenam dan pergi.
Dalam keadaan itu, hati Aliana begitu pedih.
Mungkin itu saat terakhir Aliana bisa berjumpa dengan kekasihnya, atau sampai kapan lagi entah.
Karena sejak saat itu, sampai beberapa hari setelahnya Aliana tidak mendengar kabar apapun tentang kekasihnya. Tepatnya, Aliana tak bisa menemukan kabar apapun dari kekasihnya, karena telah begitu keras Aliana mencoba menghubungi sekedar untuk mendengar suara laki-laki itu saja, tapi tidak bisa.
Di balik segala permasalahan dalam hubungan mereka, Aliana menyimpan pengharapan yang dalam untuk dapat merasakan masa-masa indah itu lagi. Tertawa, menghabiskan waktu bersama, bertemu untuk sekedar makan sosis, berbagi, berbelanja kemudian memasak bersama dan segala indah yang telah mereka jalani.
Tak ada rasa benci sedikitpun dari dalam hati Aliana, karena sore itu, saat Ia ditinggalkan begitu saja di balik remang-remang senja, bukan kebencian pula yang ia lihat dari mata kekasihnya. Sorot mata itu, menyimpan begitu banyak kesedihan. Sorot mata kekecewaan. Sorot mata ingin lepas dari suatu masalah. Mungkin, ada hal yang Aliana tidak ketahui atau belum bisa pahami, mengapa kekasihnya memutuskan untuk pergi. Mungkin, ada banyak hal yang kekasihnya ingin pendam sendiri saja.
Dan sore itu, Aliana beranjak pergi dengan doa yang begitu dalam, dipanjatkannya berulang, sepanjang jalan pulang, berharap orang yang ia cintai itu baik-baik saja. Dalam doa yang begitu dalam, Aliana memohon supaya suatu saat nanti-entah kapan, Ia diberi kesempatan lagi oleh Tuhan, untuk memandang sepasang mata itu lagi. Untuk bertemu sepasang mata itu lagi. Dan menjadikan sorotnya lebih bersinar, seperti saat itu, saat malam di Pastagio..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar