Siang itu Aliana, seperti biasanya memutuskan untuk tetap di rumah sepulang sekolah. Ia mulai merapikan kamarnya dan mengeluarkan buku-buku pelajaran dari tas merahnya. Tas yang persis seperti milik kakaknya, karena ayah Aliana selalu membelikan barang yang sama untuk dia dan kakaknya. Mereka satu sekolah, hanya selisih dua tahun, dengan tinggi yang sama namun dengan kegemaran yang sangat berbeda. Setelah semua tertata rapi, Aliana membuka jendela untuk melihat saudara-saudaranya bermain. Mereka tertawa Aliana pun tertawa, selalu seperti itu. Yah selalu seperti itu.
Tiap sore tiba, saudara-saudara Aliana bersendau gurau sambil menyalakan televisi. Namun Aliana memilih untuk menarik kursi, duduk di balik rongga-rongga jendela. Menanti seseorang pulang. Melihat jam lalu kembali mengintip dari balik pintu. Menanti seseorang pulang. Ibunya.
Saat itu, 17.30, terkadang motor berhenti, terkadang becak yang berhenti, taksi berhenti, atau terkadang berjalan kaki, ibunya pulang.
17.30.
Jiwaku lepas..
Memelukmu dalam haru biru..
Walaupun ragaku tetap disini..
Menyapamu dengan senyuman saja..
Dan tanpa kau tau, saat mataku menangkap raut wajahmu, aku merasakan isi hati dan pikiranmu
Isi hati dan pikiranmu tidak sebahagia aku. Aku. Yang begitu bahagia melihat kepulanganmu..
Aliana hanya sedikit tersenyum. Lalu ia berjalan di belakang ibunya. Mencoba menangkap aroma lelah dari seragam coklat yang melekat, yang selalu Aliana rindukan. Mereka berjalan beriringan, tak jarang Aliana sengaja menyamakan langkah kaki kecilnya, mengikuti gerakan tubuh ibunya. Berjalan. Beriringan. Pelan. Menuju depan televisi.Ibunya tak pernah tau, sudah berapa lama Aliana menunggu. Di balik pintu. Namun bagi Aliana, semakin lama ia menunggu, semakin ia begitu bahagia saat melihat ibunya, pulang..
17.30
Aku belajar tersenyum, meski apapun keadannya, saat yang lain merengek meminta apa yang mereka inginkan kepada orang tua mereka..
Kebahagiaan adalah melihat wajahnya yang senang. Karena sungguh itu begitu jarang kulihat..
Aku belajar menjadi penurut, meski apapun keadaannya, karena aku takut, menambah dalam kesedihannya..
Kesedihan yang entah apa.. entah karena apa..
Dan malam ini Aliana menutup pintu setelah sejak 17.30 tadi ia duduk sendiri.. menengok rongga jendela beberapa kali.. Namun tak pernah ada yang kembali, yang ia nanti..
-
Seseorang mungkin merasa lelah, atas apa yang ia alami, hingga ia mencoba mengambil jalan untuk bahagianya sendiri, tanpa berfikir bahwa ia adalah sumber kebahagiaan bagi seseorang lainnya, yang ia tinggalkan.. Antara ia tak tau, atau.. tak mau tau..
Kemudian ia berubah, menutup setiap masa lalu dan menganggap jalannya kini adalah yang terbaik, tanpa berfikir seseorang pada masa lalunya yang menjadikannya sebagai nafas kebahagiaan, tak pernah berubah, memilih untuk tetap membuka pintu, menengok rongga-rongga masa lalu, berharap ada doa yang membawa mereka kembali..pada 17.30, esok hari..
-
Miss you M!